CERITA SEEKOR KATAK
Yang akan menyebrangi sebuah sungai
Cerita ini
memang fiktif, namun berguna untuk membedakan paradigma kita dalam
menjawab atau menyelesaikan suatu masalah. Dan tentunya, cerita ini masih ada
kaitanya dengan menguji kemampuan otak kanan dan otak kiri anda.
Ada seekor katak yang akan
menyebrangi sebuah sungai. Lebar sungai itu 100 meter. Lompatan katak tersebut
sejauh 2,5 meter untuk setiap kali lompatannya. Nah, pertanyaannya, berapa kali
lompatankah agar katak tadi agar dapat sampai ke seberang sungai ? Pertanyaan
seperti ini, mungkin sudah sering anda dengar dan bahkan menjadi bahan lelucon
di antara kita, karena kita menganggap kenapa pertanyaan yang mudah untuk
dijawab, masih harus dipertanyakan. Namun, sebenarnya lelucon ini mengandung
arti yang menunjukkan adanya perbedaan paradigma yang mempengaruhi seseorang
untuk menjawab pertanyaan ini.
Orang cenderung menggunakan otak kiri
(paradima orang yang analistis), akan segera menjwab “40 LOMPATAN !!!!”, karena ia menganggap pertanyaan tersebut adalah
pertanyaan matematika yang membutuhkan perhitungan, maka dia mengjitung 100 :
2,5. Jawaban ini memang benar, berdasarkan analisa otak kiri anda.
Namun di sisi lain, orang yang terbiasa
menggunakan otak kanannya (sangat jarang di Indonesia), akan segera menjawab “2 LOMPATAN”, dengan alasan katak
tersebut hanya butuh sekali melompat ke sungai, lalu katak tersebut berenang,
kemudian setelah hampir sampai di seberang sungai tesebut, ia hanya butuh
sekali lompatan lagi. Orang yang terbiasa dengan otak kiri dan tidak terbiasa
dengan otak kanan akan segera menyalahkan tersebut atau menganggapnya sebuah
lelucon. Mana yang benar ?
Dalam
pelajaran sekolah, kita dijejali dengan menerima satu jawaban yang benar. Mulai
dari SD sampai perguruan tinggi. Dan melipakan bahwa selalu ada kemungkinan
untuk munculnya jawaban-jawaban lain untuk pertanyaan ini. Karena pada dasarnya
kedua jawaban tersebut, tergantung dari cara kita melihatnya. Toh, keduanya
memang benar merurut cara berpikirnya masing-masing. Justru, kita akan salah
kalau kita membenarkan satu jawaban dan menyalahkan jawaban lain, tanpa melihat
dulu cara berpikir atau paradigma orang yang menjawab pertanyaan tadi.
Tetapi,
orang cerdas tidak akan menyalahkan dan membenarkan salah satu dari kedua jawaban
tersebut. Bahkan mungkin, jika ia yang ditanya, maka ia akan terlebih dahulu
memberi pertanyaan (menjawab pertanyaan dengan pertanyaan) sebelum ia menjwab
pertanyaan tadi.
Sayang
sekali memang, dunia pendidikan kita, mainstream (paradigma utama) yang ada
cenderung hanya memperkuat kekuatan otak kiri. Sementara untuk pengembangan
otak kanan masih kurang, contonya seperti sekolah seni, komunitas seni dan
sekolah alam saja. Dampak dari paradigma pendidikan yang terjadi saat sekarang
ini adalah minimnya kreatifitas yang dimiliki oleh orang-orang yang berpendidikan. Mudah sekali untuk kita
menemukan sarjana yang tidak berdaya untuk mencari
penghsilan/pekerjaan/pendapatan karena tidak adanya lapangan pekerjaan.. Logika
mendapat uang hanya dengan bekerja sudah terlalu kuat tertanam sejak masih
sekolah dasar, akan tetapi apabila anda berbeda, saya ucapkan selamat untuk
anda !
Sudah
saatnya kita belajar tentang paradigma dan implikasinya yang akan membuka
wawasan dan menambah kecerdasaan dan mampu membuat perubahan. Perubahan yang
dimulai dari dalam diri sediri serta memahami bahwa masalahnya bukan apa yang
ada di luar sana, tetapi apa yang terjadi dan yang ada dalam diri kita.
Senangnya
berbagi.... :)
Bagi
anda yang mau copas (Copy & Paste) silahkan saja, tapi jangan lupa...
cantumkan url / alamat blog saya : http://caturabdiyanto.blogspot.com
Belajarlah
untuk sportif....
Salam
BBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar